IDN-GLOBAL DAN PENDEWASAAN DIASPORA INDONESIA (2013-2015)
Pada tahun 2013, dibentuklah lembaga non-pemerintah yang diprakarsai oleh diaspora Indonesia dan menaungi kepentingan diaspora Indonesia, yakni Indonesian Diaspora Network Global (IDN-Global). Penelitian ini mengangkat topik pengaruh IDN-Global terhadap perubahan postur diaspora Indonesia. Dengan me...
Saved in:
主要作者: | |
---|---|
格式: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
語言: | Indonesian Indonesian |
出版: |
2016
|
主題: | |
在線閱讀: | http://repository.unair.ac.id/46091/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/46091/13/THI.10-16%20Nur%20i.pdf http://repository.unair.ac.id/46091/ http://lib.unair.ac.id |
標簽: |
添加標簽
沒有標簽, 成為第一個標記此記錄!
|
總結: | Pada tahun 2013, dibentuklah lembaga non-pemerintah yang diprakarsai oleh diaspora Indonesia dan menaungi kepentingan diaspora Indonesia, yakni Indonesian Diaspora Network Global (IDN-Global). Penelitian ini mengangkat topik pengaruh IDN-Global terhadap perubahan postur diaspora Indonesia. Dengan menautkan pada globalisasi dan nasionalisme, IDN-Global memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengubah postur diaspora Indonesia. Dalam aspek sosial-politik, IDN-Global mampu memberikan wacana positif akan diaspora Indonesia, meningkatkan demokrasi Indonesia, memberikan sumbangsih sosial kemanusiaan yang besar, dan memperjuangkan status dwi kewarganegaraan. Sedangkan untuk aspek ekonomi, IDN-Global berkontribusi melalui tiga jalur, yakni remitansi, investasi, dan organisasi. Platform digital seperti IDN-Global ternyata memberikan pengaruh pada peningkatan remitansi, investasi, dan peningkatan kualitas organisasi. Dengan adanya IDN-Global, sebuah wacana baru terbentuk, yakni long-distance virtual nationalism. Long-distance virtual nationalism adalah nasionalisme tanpa batas teritorial dengan mengandalkan mediasi dari teknologi dan informasi. Oleh karena itu, dengan adanya IDN-Global beserta besarnya pengaruh dari IDN-Global terhadap pendewasaan diaspora Indonesia, IDN-Global menjadi afirmasi terhadap tesis Manuel Castell akan masyarakat jaringan (network society), Benedict Anderson tentang nasionalisme jarak jauh (long-distance nationalism), serta Jurgen Habermas tentang ruang publik virtual (virtual public sphere). |
---|