ANALISIS FASIES DAN ELEMEN ARSITEKTUR BATUPASIR FORMASI SAWAHTAMBANG DAERAH KAMPUNG DALAM, KABUPATEN SIJUNJUNG, SUMATERA BARAT

Lokasi penelitian terletak pada daerah Kampung Dalam, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Keberadaan Formasi Sawahtambang dengan litologi batupasir yang tebal sangat menarik karena memiliki potensi sebagai reservoir minyak dan gas pada cekungan Ombilin. Penelitian lebih mendalam mengenai a...

وصف كامل

محفوظ في:
التفاصيل البيبلوغرافية
المؤلفون الرئيسيون: Wellyan, Eghar Prima, Susilo, Budhi Kuswan
التنسيق: Conference or Workshop Item PeerReviewed
اللغة:English
منشور في: 2019
الموضوعات:
الوصول للمادة أونلاين:https://repository.ugm.ac.id/275729/1/B016UNO.pdf
https://repository.ugm.ac.id/275729/
الوسوم: إضافة وسم
لا توجد وسوم, كن أول من يضع وسما على هذه التسجيلة!
الوصف
الملخص:Lokasi penelitian terletak pada daerah Kampung Dalam, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Keberadaan Formasi Sawahtambang dengan litologi batupasir yang tebal sangat menarik karena memiliki potensi sebagai reservoir minyak dan gas pada cekungan Ombilin. Penelitian lebih mendalam mengenai asosiasi litofasies dan elemen arsitektur memberi karakteristik dari formasi ini. Metode penelitian berbasis pada observasi empirik di lapangan untuk menghasilkan profil stratigrafi singkapan; menghubungkannya 3 (tiga) segmen penelitian melalui penampang geologi untuk mengetahui posisi top dan bottom terhadap ketidakselarasan; hingga pembuatan model lingkungan pengendapan yang berdasarkan pada interpretasi atas data litofasies dan paleocurrent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga segmen, yakni segmen Kampung Dalam, Latang dan Jambulipo memiliki karakteristik fasies dan elemen arsitektur yang sama dimana menunjukkan pola pengendapan yang menghalus ke atas (finning-up succession) dan kehadiran gerusan-gerusan dengan dijumpainya scour fills yang menunjukkan kehadiran amalgamated channel sandstones yang khas pada lingkungan pengendapan braided river. Namun, penumpukan batupasir yang tebal tidak selalu karena adanya gerusan yang tegas, walau tetap dapat diinterpretasi sebagai proses lateral shifting dari channel. Hal ini dapat dijelaskan dari perubahan energi yang teramati pada fasiesnya, seperti kehadiran litofasies through cross-bedded sandstone di atas planar cross-bedded sandstone pada segmen Latang dan kehadiran litofasies through cross-bedded sandstone di atas horizontal laminated sandstone pada segmen Jambulipo. Dari keterdapatan fasiesnya, maka segmen Kampung Dalam dan Jambulipo menunjukkan kehadiran 4 (empat) litofasies yang sama, yaitu sandstone with scour fills, through cross-bedded sandstone, planar cross-bedded sandstone dan horizontal laminated sandstone yang terbangun di dalam elemen arsitektur berupa channel dan sandy bedform. Adapun pada segmen Latang tidak muncul litofasies horizontal laminated sandstone, walau elemen arsitekturnya adalah identik. Model perkembangan braided river membentuk amalgamated channel sandstones menunjukkan arah aliran pengendapan purba yang secara relatif menuju barat – barat daya.