KONFLIK DI KAWASAN KONSERVASI: Studi Terhadap Konflik Perambahan Kawasan Suaka Margasatwa Kateri Oleh Warga Masyarakat Bekas Pengungsi Timor-Timur Di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Konflik yang terjadi di kawasan Suaka Margasatwa Kateri antara Balai Besar KSDA NTT sebagai pengelola kawasan dengan masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur telah berlangsung sejal akhir tahun 2000 sampai dengan saat ini belum terselesaikan. Akibat yang ditimbulkan dari konflik ini adalah kawasan Sua...
Saved in:
主要作者: | |
---|---|
格式: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
出版: |
[] :
2015
|
主題: | |
在線閱讀: | https://repository.ugm.ac.id/134636/ http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=77598 |
標簽: |
添加標簽
沒有標簽, 成為第一個標記此記錄!
|
總結: | Konflik yang terjadi di kawasan Suaka Margasatwa Kateri antara Balai Besar KSDA NTT sebagai pengelola kawasan dengan masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur telah berlangsung sejal akhir tahun 2000 sampai dengan saat ini belum terselesaikan. Akibat yang ditimbulkan dari konflik ini adalah kawasan Suaka Margasatwa Kateri mengalami kerusakan yang cukup parah karena aktifitas perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur. Berbagai upaya resolusi konflik telah dilakukan oleh pihak pengelola kawasan baik sendiri maupun dengan pihak lain mulai dari pendekatan persuasif, koersif maupun litigasi namun tidak mampu mengeluarkan warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur dari dalam kawasan. Dengan menggunakan alat bantu analisis pohon konflik bahwa terjadinya konflik karena keterkaitan antara faktor-faktor penyebab yakni situasi politik yang dialami warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur dengan adanya jajak pendapat membuat mereka harus memilih opsi kewarganegaraan menjadi warga negara Indonesia atau warga negara Timor Leste, kondisi sosial budaya yang masih berkaitan antara bekas pengungsi dan masyarakat lokal membuat bekas pengungsi cenderung memilih tinggal diwilayah tersebut, profesi sebagian besar bekas pengungsi adalah petani sehingga membutuhkan lahan garapan dan tingkat penghidupan dengan kondisi ekonomi rendah. Konflik memiliki siklus dengan tahapan-tahapan konflik, hal ini penting untuk mengetahui posisi kejadian konflik sebagai upaya untuk mencegah atau mengelola konflik dimasa depan yang memiliki pola-pola peningkatan intensitas yang sama. Sedangkan dengan analisis analogi bawang bombay mendiagnosis adanya posisi, kepentingan dan kebutuhan dari pihak Balai Besar KSDA NTT dan warga masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur yang tidak selaras. Kondisi lapar lahan karena ketidakmampuan masyarakat mengakses lahan garapan sendiri maka menggunakan kawasan negara adalah satu-satunya pilihan mereka. Untuk itu strategi resolusi konflik yang digunakan guna membatasi kerusakan kawasan Suaka Margasatwa Kateri adalah Model Batas (The Boundary Model). Model resolusi konflik ini menunjukan elemen umum dari segala sesuatu adalah “batas”, yang melihat konflik dari sisi struktural dan perilaku dengan batasan dalam masyarakat dengan mengambil bentuk peraturan, perjanjian, aturan, konvensi dan lainnya. Maka dengan melibatkan masyarakat bekas pengungsi Timor-Timur yang merambah kawasan Suaka Margasatwa Kateri dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan kawasan adalah salah satu alternatif solusi yang ditawarkan oleh model batas ini. |
---|